Minggu, 14 April 2019

Reviu Buku : Bringing the Community Back In: A New University on Afrikological Princeples and Practices

A. Identitas Publikasi
1.      JUDUL BUKU          : Decolonising The University: The Emerging Quest For Non –
  Eurocentric Paradigms
2.      PENULIS                   : Claude Alvares dan Shad Saleem Faruqi
3.      PENERBIT                 : Universitas Sains Malaysia dan Citiziens International
4.      Tahun Cetak                : 2012
5.      Tebal Halaman            : 450 Halaman
6.      ISBN                           : 978-983-861-541-9
7.      JUDUL ARTIKEL     : Bringing the Community Back In: A New University on
                                      Afrikological Princeples and Practices, by B. Mukasa Luutu

B. Ringkasan Isi
            Pada permulaan bagian artikel ini dijelaskan bahwa universitas Afrika ditantang untuk mengembalikan Afrika dari kehancuran dikarenakan multi-dimensi krisis yang tidak dibangun dengan etos dari independensi melainkan dimodelkan untuk meniru Eropa dan modernisasi Barat. Hubert Vilakazi berpendapat bahwa pola pikir kolonial yang berorientasi telah menghasilkan situasi yang aneh dimana pengetahuan tentang prinsip dan pola tetap dari peradaban Afrika. Hubert mengamati bahwa para intelektualnya ‘lari’ dari peranan mereka yang mengakibatkan marginalisasi dan penghancuran sistem pengetahuan, budaya dan institusi. Hal ini mengisyaratkan bahwa Afrika perlu melakukan pendekatan dekolonisasi dalam menemukan cara baru untuk generasi-generasi dalam mencari pengetahuan dan membentuk dekolonisasi perguruan tinggi yang berperan kepada masyarakat Afrika.
Fakta menyebutkan bahwa universitas di Afrika mengalami kekurangan untuk mentransformasi terhadap pasokan sumber daya. Salah satu tantangan di universitas Afrika adalah MPAU yang berada di Uganda yang mengalami bahawa sebagian lulusannya tidak memiliki keterampilan yang diperlukan untuk secara efektif untuk mengubah pengetahuan yang mereka dapatkan di universitas menjadi bahan barang dan jasa yang dapat membantu untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi mereka. Oleh karena itu, dewan nasional Uganda (UNCST) menganggap bahwasanya kelemahan Uganda adalah pada budaya penelitian dan kurang mengimplementasikan inovasi teknologi. Hal ini dibuktikan dengan sangat rendahnya tingkat dari hasil publikasi penelitian yang diakui pada jurnal international.
            Inti prinsip MPAI-MPAU didirikan adalah dengan mengikuti prinsip yang di ambil dari pengalaman sejarah dan warisan Afrika, dimana telah dicapai melalui interaksi sejarahnya:
1.      Prinsip MA’AT tentang keseimbangan dan keadilan yang terikat
2.      Prinsip retorasi dan harmoni dalam masyarakat
3.      Prinsip bahwa komunitas adalah dinamis
4.      Prinsip kedaulatan, demokrasi dan partisipasi penuh
5.      Prinsip kemandirian dan saling ketergantungan
6.      Prinsip timbal balik dan solidaritas
7.      Prinsip kejujuran dan kejujuran
8.      Prinsip transparansi dan akutanbilitas budaya

Adapun tujuan dari MPAU, diantaranya adalah :
1.      Melakukan penelitian di area pengetahuan Afrika dan kebijaksanaan serta profil pendidikan yang masuk pada agenda penelitian global
2.      Melakukan penelitian yang bisa mengembalikan dan dokumen pendidikan perempuan Afrika dari persfektif afrikological
3.      Mendorong dan memfasilitasi penggunaan dan pengembangan terminologis dari bahasa Afrika sebagai media instruksi dan wacana intelektual di semua tingkat
4.      Mengidentifikasi dan memperkuat situs komunitas dari pengetahuan sebagai salah satu pilar dari universitas
5.      Merekrut peneliti untuk melakukan penelitian pada basis baru epistemologis di situs komunitas dari pendidikan dan menghubungkan mereka dengan institusi pendidikan lainnya sehingga mereka menemukan penelitian yang bisa meninjau dan pengakuan terbuka
6.      Meng-link-kan beberapa aktivitas penelitian pada perkembangan staff universitas dan program latihan
7.      Memastikan bahwa penelitian dibagi dari masyarakat dari mana pengetahuan itu berasal termasuk mendokumentasikan ke dalam bahasa mereka masing-masing.
8.      Memanfaatkan hasil penelitian untuk mengembangkan kurikulum dan menciptakan epistemologi pada pengetahuan dan kebijaksanaan
9.      Mendokumentasikan semua materi baik di situs komunitas maupun di institut, sehingga perpustakaan dibangun yang bisa digunakan baik untuk tingkat masyarakat dan di institut
10.  Mengembangkan, berkerjasama dengan lembaga lain, Teknologi komputer yang menghubungkan masyarakat pedesaan ke perguruan tinggi, sekolah menengah, sekolah dasar, rumah sakit, pusat kesehatan.
Hanya kapasitas manusia untuk menciptakan makna dan pengetahuan baru melalui bahasa mereka. Oleh karena itu, sistem pengetahuan di seluruh dunia bersifat permanen karena mereka menciptakan dan membuktikan sendiri.
Sedangkan prinsip Ma'at adalah prinsip primordial yang mengatur semua nilai. Prinsip ini mengekspresikan alam semesta sebagai tatanan kosmik dan sebagai bagian dari kebenaran dan keadilan yang melindungi negara dari kekacauan, kelaparan, dan dari kesengsaraan. Ma'at mensyaratkan bahwa manusia yang hidup dalam masyarakat harus sesuai dengan keadilan dan kebenaran, maka Ma'at adalah kebajikan tertinggi yang memandu semua aktivitas manusia. Ma'at adalah prinsip keterkaitan melalui keadilan dan merupakan prinsip restoratif yang bertujuan pada kebutuhan keseimbangan antara alam dan masyarakat dan antara individu dalam masyarakat itu.
Peran dari pengetahuan adalah ketika dapat diterapkan pada perguruan tinggi dalam  masyarakat,  pelacakan dari Afrikology memungkinkan kita untuk menyambung kembali  ke  asal bagaimana realitas yang dikandung dan bagaimana ia telah  terus  dibuat  sampai  sekarang melalui manusia agen dan language
Dalam Afrikology, setiap  manusia  memiliki hak untuk berbicara dan untuk orang lain untuk mendengarkan dan ini adalah  kondisi spiritual. Adapun tugas Afrikology  sebagai epistemologi adalah untuk memulihkan pendekatan kuno ke pengetahuan generasi luar yang ada dan link  ke sumber-sumber  asli pada Afrika kuno.
Jika kita membuat  kemajuan dalam memajukan beasiswa dalam kondisi decolonising universitas dan pengetahuan. Ulama Afrika harus bersama-sama dengan masyarakat menciptakan baru dunia dengan  mampu mengenali dunia kosmologis yang ada.
C. Analisis Artikel
Dalam chapter ini, dapat dijelaskan kenapa Afrika mengalami kemunduran, bukan hanya dari sisi pendidikan akan tetapi juga pada masyarakatnya. Permasalahannya terletak pada ulama ataupun intelektual yang menghindar diri dari permasalahan yang terjadi di Afrika.
Upaya awal yang dilakukan univeristas untuk meningkatkannya adalah partisipasi dan proaktif yang menghubungkan antara universitas dan masyarakat sehingga keduanya bisa mengatasi masalah yang terjadi di Afrika. Oleh karena itu, cara pertama yang dilakukan adalah dengan membangun budaya dan spritual yang menyoroti mengenai kehidupan spritual Afrika.         Carruthers mengatakan bahwa kita harus menciptakan pondasi rohani karena selama kita menyembah ideologies asing dan utopia yang menyebabkan kita keterasingan dari  dunia Afrika.
Keterpurukan yang terjadi di Afrika dapat menjadi pelajaran kepada negara Indonesia, khususnya para intelektual, bahwa kita harus menguatkan kemampuan potensi kita bukan saja terhadap pengetahuan akan tetapi pada pondasi keimanan atau spiritual kita. Pendidikan yang tepat guna dengan kebutuhan di Indonesia juga menjadi tolak ukur keberhasilan ekonomi bangsa. Kekuatan bangsa adalah terletak kalangan inteligensia dan masyarakat yang bergabung dalam menuntaskan permasalahan yang terjadi di negara.  

0 komentar:

Posting Komentar