Maknai Hidup

Hidup ini selalu berwarna, kita tidak bisa menentukan warna hidup kita, tapi kita mewarnai hidup kita, SELAMAT MEWARNAI

Belajar dan Belajarlah

Orang yang hidup itu selalu belajar, kalau tidak mau lagi belajar, maka bersiaplah untuk mati

Tidak ada yang tidak mungkin selama engkau punya Allah

Ketika engkau bertekad menjadi orang yang lebih baik lagi maka Allah akan mendatagkan orang – orang baik di dalam hidupmu untuk menemani langkahmu, Maka Berdolah di dalam setiap Langkahmu

Sukses adalah sebuah kegagalan yang berakhir indah

Wujudkan impianmu jangan takut gagal, karena jika gagal itu artinya lebih baik kamu telah berusaha mengusahakannya daripada tidak sama sekali. Selamat Mencoba

Bersahabatlah dengan Tulus

Sahabat yang baik, akan menegur ketika kita berbuat kesalahan meskipun harus melalui pertengkaran dan perselisihan karena rasa kasih sayangnya

KPI Korwil Sumut

Komunitas Parkit Indonesia Wilayah Sumatera Utara

Kamis, 18 Agustus 2011

Cara Merakit komputer

Berikut ini adalah tehnik Merakit Komputer.... Selamat Menikmati 








Sumber : Youtube

Rabu, 17 Agustus 2011

Google Merayakan HUT RI ke - 66



JAKARTA - Hari kemerdekaan Indonesia yang jatuh hari ini, Rabu (17/8/2011), turut diperingati oleh mesin pencari populer Google melalui logonya.




Ya, logo Google hari ini menampilkan ilustrasi seorang anak yang tengah mengikuti lomba panjat pinang, yang notabene merupakan salah satu tradisi perayaan kemerdekaan Indonesia.


Pada logo itu terlihat seorang anak tengah memilih hadiah yang dipasang di puncak batang pohon pinang. Selain menampilkan pilihan hadiah berupa radio, baju dan ember, logo Google pun tidak lupa memasang bendera Merah Putih.

Perayaan kemerdekaan Indonesia tahun ini juga ‘diperingati’ ribuan pengguna jejaring sosial tanah air, terutama Twitter dan Facebook. Ucapan selamat mengalir dari para pengguna Twitter maupun Facebook. ‘Happy Birthday Indonesia’ bahkan sempat menjadi trending topic di Twitter, meski tidak lama kemudian menghilang dari daftar.

Bukan hanya sebatas ucapan, sejumlah pengguna internet yang kreatif bahkan juga mengadakan upacara bendera secara digital. Kegiatan yang digelar oleh Indonesia Optimis ini bisa diikuti melalui situs www.id-optimis.org/upacara atau mengikuti linimasa @id_optimis.Sumber

Selasa, 16 Agustus 2011

Asal Nama "Indonesia"

Asal Nama "Indonesia"
Oleh: Irfan Anshory *)

Pada zaman purba, kepulauan tanah air kita disebut dengan aneka nama. Dalam catatan bangsa Tionghoa kawasan kepulauan kita dinamai Nan-hai (Kepulauan Laut Selatan). Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara (Kepulauan Tanah Seberang), nama yang diturunkan dari kata Sansekerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang). Kisah Ramayana karya pujangga Valmiki yang termasyhur itu menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Ravana, sampai ke Suwarnadwipa (Pulau Emas, yaitu Sumatra sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara.
Bangsa Arab menyebut tanah air kita Jaza'ir al-Jawi (Kepulauan Jawa). Nama Latin untuk kemenyan adalah benzoe, berasal dari bahasa Arab luban jawi (kemenyan Jawa), sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon Styrax sumatrana yang dahulu hanya tumbuh di Sumatra. Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil "Jawa" oleh orang Arab. Bahkan orang Indonesia luar Jawa sekalipun. "Samathrah, Sholibis, Sundah, kulluh Jawi (Sumatra, Sulawesi, Sunda, semuanya Jawa)" kata seorang pedagang di Pasar Seng, Mekah.
Lalu tibalah zaman kedatangan orang Eropa ke Asia. Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang itu beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari Arab, Persia, India, dan Cina. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Cina semuanya adalah "Hindia". Semenanjung Asia Selatan mereka sebut "Hindia Muka" dan daratan Asia Tenggara dinamai "Hindia Belakang". Sedangkan tanah air kita memperoleh nama "Kepulauan Hindia" (Indische Archipel, Indian Archipelago, l'Archipel Indien) atau "Hindia Timur" (Oost Indie, East Indies, Indes Orientales). Nama lain yang juga dipakai adalah "Kepulauan Melayu" (Maleische Archipel, Malay Archipelago, l'Archipel Malais).
Ketika tanah air kita terjajah oleh bangsa Belanda, nama resmi yang digunakan adalah Nederlandsch-Indie (Hindia Belanda), sedangkan pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur). Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli, pernah mengusulkan nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan tanah air kita, yaitu Insulinde, yang artinya juga "Kepulauan Hindia" (bahasa Latin insula berarti pulau). Tetapi rupanya nama Insulinde ini kurang populer. Bagi orang Bandung, Insulinde mungkin cuma dikenal sebagai nama toko buku yang pernah ada di Jalan Otista.
Pada tahun 1920-an, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (1879-1950), yang kita kenal sebagai Dr. Setiabudi (beliau adalah cucu dari adik Multatuli), memopulerkan suatu nama untuk tanah air kita yang tidak mengandung unsur kata "India". Nama itu tiada lain adalah Nusantara, suatu istilah yang telah tenggelam berabad-abad lamanya. Setiabudi mengambil nama itu dari Pararaton, naskah kuno zaman Majapahit yang ditemukan di Bali pada akhir abad ke-19 lalu diterjemahkan oleh J.L.A. Brandes dan diterbitkan oleh Nicholaas Johannes Krom pada tahun 1920.
Namun perlu dicatat bahwa pengertian Nusantara yang diusulkan Setiabudi jauh berbeda dengan pengertian, nusantara zaman Majapahit. Pada masa Majapahit Nusantara digunakan untuk menyebutkan pulau-pulau di luar Jawa (antara dalam bahasa Sansekerta artinya luar, seberang) sebagai lawan dari Jawadwipa (Pulau Jawa). Kita tentu pernah mendengar Sumpah Palapa dari Gajah Mada, "Lamun huwus kalah nusantara, isun amukti palapa" (Jika telah kalah pulau-pulau seberang, barulah saya menikmati istirahat). Oleh Dr. Setiabudi kata nusantara zaman Majapahit yang berkonotasi jahiliyah itu diberi pengertian yang nasionalistis. Dengan mengambil kata Melayu asli antara, maka Nusantara kini memiliki arti yang baru yaitu "nusa di antara dua benua dan dua samudra", sehingga Jawa pun termasuk dalam definisi nusantara yang modern. Istilah nusantara dari Setiabudi ini dengan cepat menjadi populer penggunaannya sebagai alternatif dari nama Hindia Belanda.
Sampai hari ini istilah nusantara tetap kita pakai untuk menyebutkan wilayah tanah air kita dari Sabang sampai Merauke. Tetapi nama resmi bangsa dan negara kita adalah Indonesia. Kini akan kita telusuri dari mana gerangan nama yang sukar bagi lidah Melayu ini muncul.

Nama Indonesia
Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang dikelola oleh James Richardson Logan (1819-1869), orang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Inggris, George Samuel Windsor Earl (1813-1865), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA.
Dalam JIAEA Volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations. Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti pulau). Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis: ... the inhabitants of the Indian Archipelago or Malayan Archipelago would become respectively Indunesians or Malayunesians.
Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (Srilanka) dan Maldives (Maladewa). Lagi pula, kata Earl, bukankah bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini? Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia.
Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago. Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah "Indian Archipelago" terlalu panjang dan membingungkan. Logan memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia.
Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan: Mr. Earl suggests the ethnographical term Indunesian, but rejects it in favour of Malayunesian. I prefer the purely geographical term Indonesia, which is merely a shorter synonym for the Indian Islands or the Indian Archipelago. Ketika mengusulkan nama "Indonesia" agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama bangsa dan negara yang jumlah penduduknya peringkat keempat terbesar di muka bumi!
Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama "Indonesia" dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi. Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara ke tanah air kita tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah "Indonesia" di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah "Indonesia" itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch-Indie tahun 1918. Padahal Bastian mengambil istilah "Indonesia" itu dari tulisan-tulisan Logan.
Putra ibu pertiwi yang mula-mula menggunakan istilah "Indonesia" adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika di buang ke negeri Belanda tahun 1913 beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau.
 

Makna Politis
Pada dasawarsa 1920-an, nama "Indonesia" yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan tanah air kita, sehingga nama "Indonesia" akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan! Akibatnya pemerintah Belanda mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu.
Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Handels Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging) berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, Hindia Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.
Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya, "Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige vrije Indonesische staat) mustahil disebut "Hindia Belanda". Juga tidak "Hindia" saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air di masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (Indonesier) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya."
Sementara itu, di tanah air Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924. Tahun itu juga Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Lalu pada tahun 1925 Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij). Itulah tiga organisasi di tanah air yang mula-mula menggunakan nama "Indonesia". Akhirnya nama "Indonesia" dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa dan bahasa kita pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini kita sebut Sumpah Pemuda.
Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; DPR zaman Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan Sutardjo Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Belanda agar nama "Indonesia" diresmikan sebagai pengganti nama "Nederlandsch-Indie". Tetapi Belanda keras kepala sehingga mosi ini ditolak mentah-mentah.
Maka kehendak Allah pun berlaku. Dengan jatuhnya tanah air kita ke tangan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, lenyaplah nama "Hindia Belanda" untuk selama-lamanya. Lalu pada tanggal 17 Agustus 1945, atas berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa, lahirlah Republik Indonesia.

* )Irfan Anshory, Direktur Pendidikan "Ganesha Operation"
Sumber: Pikiran Rakyat, 16 Agustus 2004

11 Kesalahan di Website

1. Halaman dipenuhi banner besar di bagian depan. Sesuatu yang gawat tapi sering saya lihat. Ketika seseorang melihat halaman depan website anda, mereka mau tahu apa yang anda sediakan di sana. Banner di tiap halaman usahakan jangan lebih dari 250 pixel.
2. Penggunaan Javasript seperti orang mabok mau pamer otot. Mentang-mentang anda memiliki kemampuan memasukkan Javascript keren ke halaman website anda, jangan lakukan. Yang paling penting, jangan ada JS yang bersifat dekoratif. Saya pernah lihat website yang memiliki jam bergerak di samping kursor, salju turun, dan halaman bergoncang-goncang setiap 15 detik. Hilangkan semua itu.
3. Menggunakan frame. Jangan gunakan frame untuk website anda. Titik. Mengapa? Pertama, karena bila ada frame, seseorang tidak bisa membookmark suatu halaman (karena yang terbookmark hanya frame saja, tidak termasuk navigasi dsb). Kedua, search engine seperti google bisa bermasalah. Ketiga, jelek!
4. Animasi Flash sekedar agar keren. Flash adalah sebuah inovasi bagus, bila digunakan dengan tepat (di YouTube, misalnya). Tapi, jangan gunakan untuk animasi-animasi yang berkelap-kelip, bergoyang-goyang, dan melakukan apa saja, termasuk mengusir pengunjung anda. Saya tidak peduli dengan teks bergoyang-goyang anda itu, kecuali membuat saya merasa bahwa website anda tidak berkualitas. Terutama hindari Flash untuk menu, karena search engine tidak bisa mengikuti link tersebut ke halaman-halaman anda yang lain.
5. Warna berkontras sampai bisa epilepsi. Jangan gunakan teks kuning di atas merah, atau biru di atas ungu, atau semacamnya. Juga jangan gunakan warna terlalu berdekatan: abu-abu muda di putih, misalnya. Hati-hati juga dengan penggunaan tekstur/pola. Jangan tampilkan teks di atas suatu pola, kecuali telah didesain dengan tepat (misalnya, menggunakan teks besar dengan glow di sekitarnya).

6. Jangan paksa saya! “Jadikan halaman ini menjadi homepage anda! Klik tombol OK.” “Berikan vote kepada kami, sebelum masuk ke website!” Wah, saya datang ke website anda mencari informasi atau layanan, bukan mencari cara untuk membuat anda terkenal. Ingat, website anda ada untuk pengunjungnya, bukan untuk anda.
7. Hiasan tidak penting. Ini mungkin sedikit mengejutkan, tapi hal seperti, misalnya, jumlah pengunjung adalah suatu hal tidak penting. Saya tidak perlu tahu berapa pengunjung anda, dan itu juga bukan ukuran tepat untuk popularitas suatu website. Sama halnya dengan musik pengiring, foto besar muka anda di halaman depan, dan semacamnya. Termasuk juga marquee yang suka dianggap “keren”. Awas!
8. Halaman “coming soon”. Ayolah, saya tahu anda memiliki informasi bagus untuk saya. Bila tidak, saya akan pergi. Jangan tawarkan sebuah link, tapi ketika saya klik link itu yang muncul adalah halaman yang bertuliskan “coming soon”. Buang-buang waktu! Jangan tampilkan sesuatu yang belum selesai, karena itu hanya akan mengecewakan pengunjung anda.
9. Navigasi tidak jelas. Banyak orang menyukai metafora di websitenya. Namun, itu bukan ide bagus. Jika ada halaman berisi artikel, berikan nama “artikel”, jangan “sumur” atau “gudang ilmu”. Langsung saja to-the-point, karena itu membingungkan bagi pengunjung yang baru pertama kali tiba. Bahkan ada juga website yang navigasinya hanya gambar-gambar atau bahkan kosong, dan hanya akan muncul sesudah kursor diletakkan di atasnya. Ini amat sangat menjengkelkan. Sangat.
10. Iklan layaknya papan pengumuman. Saya mengerti kalau website memerlukan dana. Tapi hati-hati dengan iklan itu! Website yang sebenarnya bisa bagus, dapat rusak hanya karena adanya iklan. Kasus terparah yang saya tahu adalah di detik.com, di mana sudah tidak jelas mana yang iklan dan mana yang benar-benar berita. Saya tidak akan pernah mencari informasi di detik, sebagus apapun informas itu. Tambah lagi kalau iklan itu menggunakan animasi-animasi aneh.
11. Anda ini siapa, sih? Berikan identitas anda yang jelas di halaman depan. Bila itu website pribadi, katakan “saya adalah seorang seniman cat minyak yang menerima pesanan umum.” Bila anda sebuah perusahaan, tuliskan, “kami merupakan perusahaan yang memproduksi sepatu anak-anak. Kunjungilah toko online kami di [link]“. Jangan gunakan bahasa marketing. Apapun yang mau anda katakan, jangan bilang “kami merupakan perusahaan unggulan dan multinational dan memiliki daya saing terpercaya dan terdidik”. Saya tidak ingin tahu itu! Yang saya ingin adalah alasan mengapa saya perlu ada di website anda, sebelum saya mengklik tombol X di pojok kanan atas browser saya.

Mengenal Perbedaan CD/DVD -R +R RW

Jika kita pernah membeli sebuah CD/DVD blank (kosong) atau pernah menyimpan data (burning) kedalam keping CD/DVD, kita kadang melihat ada beberapa jenis CD/DVD yang berbeda, seperti CD/DVD -R + R atau RW. Apa maksud tanda minus dan plus serta perbedaan masing-masing jenis keping tersebut? Kemudian sebaiknya jenis mana ketika kita ingin menggunakannya ?
Sebelum membahas mengenai jenis-jenis keping DVD atau CD tersebut, berikut ada beberapa istilah umum berkaitan dengan hal ini yang sebaiknya kita pahami dengan baik.



* Burning, yaitu proses menyimpan data ke media/keping disk. Disebut burning, karena kita membakar (menulis bit data) lapisan dalam disk dengan sinar laser.
* Session, merupakan periode waktu ketika sesuatu terjadi, disini adalah file-file yang ditambahkan di disk dalam sekali operasi
* Single Session, Semua file di dalam disk ditambahkan dalam satu kali operasi
* Multi Session, beberapa Session ada di dalam disk

Selain itu ada istilah ROM (semisal CD-ROM), merupakan singkatan dari Read Only Memory ( Memori yang hanya dibaca), berarti bahwa informasi yang tersimpan di disk hanya dapat dibaca saja.


Apa beda -R +R dan RW ?

Saat in hampir semua CD/DVD writer sudah bisa menulis dan membaca semua jenis format DVD. Hal ini ditandai dengan adanya logo DVD±RW. Sehingga jika ada logo tersebut, harusnya tidak ada masalah ketika kita memilih jenis -R atau +R. Mengenai penjelasan tanda ini sebagai berikut :

* R : tanda ‘R’ sendiri merupakan singkatan dari Recordable. Disini disk dapat digunakan untuk menyimpan data dan sebaliknya jika tidak ada tanda R, maka tidak bisa menyimpan.
* -R : Tanda Minus baik CD/DVD merupakan single session disk. Artinya kita tidak dapat menambahkan data lain jika sudah di gunakan, meskipun masih ada sisa penyimpanan. Kadang ada media yang bisa melakukan penyimpanan Multi session di disk jenis -R ini, tetapi hasilnya tidak semua media mampu membacanya, kadang hanya session pertama yang terbaca atau tidak ada sama sekali.
* +R : Tanda Plus ditujukan untuk Multisession, artinya kita dapat menggunakan space kosong yang masih tersedia di disk. Setiap session baru dapat ditambahkan di session yang sudah ada atau membuat session baru. Sebagai bonus, ketika session baru disimpan, dapat memerintahkan untuk “menghapus” session yang lama. Hapus ini maksudnya memerintahkan media player untuk mengabaikan isi datanya.
* RW : merupakan singkatan dari ReWritable, artinya disk ini menggunakan material khusus sehingga datanya dapat dihapus kemudian digunakan untuk menyimpan data baru atau dapat juga di tumpuk dengan data lain. Ada batasan tertentu seberapa banyak (kali) penghapusan data bisa dilakukan.
Selain itu DVD+R mempunyai beberapa kelebihan, seperti misalnya lebih akurat pada kecepatan tinggi dibanding DVD-R, kemudian juga manajemen error yang lebih baik, serta hasil burning (penyimpanan) data mempunyai tingkat kerusakan yang lebih kecil. 
Melihat perbedaan diatas, maka DVD+R mempunyai keunggulan dibanding DVD-R, sehingga biasanya harganya pun lebih mahal dan mempunyai beberapa keunggulan. Tetapi karena DVD-R lebih dulu hadir ( 5 tahun ) daripada DVD+R, maka format ini kadang yang sering digunakan (lebijh mendukung media player lama).
(http://ebsoft.web.id/)