Minggu, 14 April 2019

PENGEMBANGAN SISTEM INSTRUKSIONAL

A. PENGERTIAN PENGEMBANGAN SISTEM INSTRUKSIONAL

Istilah pengembangan sistem instruksional (instructional system development) dan desain instruksional (instructional design) sering dianggap sama, atau setidak-tidaknya tidak dibedakan secara tegas dalam penggunaannya, meskipun menurut arti katanya ada perbedaan antara “desain” dan “pengembangan”.  Kata “desain” berarti membuat sketsa atau pola atau outline atau rencana pendahuluan. Sedang “Pengembangan” berarti membuat tumbuh secara teratur untuk menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif dan sebagainya (Harjanto, 2008 : 95).
Beberapa definisi yang menunjukkan persamaan antara keduanya adalah sebagai berikut :
1.      Pengembangan sistem intruksional adalah suatu proses secara sistematis dan logis untuk mempelajari problem-problem pembelajaran, agar mendapatkan pemecahan yang teruji validitasnya dan praktis bisa dilaksanakan (Ely, 1979 : 4).
2.      Sistem Intruksional adalah semua materi pelajaran dan metode yang telah diuji dalam praktek yang dipersiapkan untuk mencapai tujuan dalam keadaan senyatanya (Baker, 1971 : 16). Dengan kata lain bahwa sistem intruksional merupakan tatanan aktifitas belajar mengajar.
3.      Desain intruksional adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan tekhnik mengajar dan materi pengajarannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan paket pembelajaran, kegiatan mengajar, uji coba, revisi dan kegiatan mengevaluasi hasil belajar (Briggs, 1979 : 20).
4.      Desain sistem instruksional ialah pendekatan secara sistematis dalam perencanaan dan pengembangan sarana serta alat untuk mencapai kebutuhan dan tujuan intruksional. Semua konsep sistem ini (tujuan, materi, metode, media, alat, evaluasi) dalam hubungannya satu sama lai dipandang sebagai kesatuan yang teratur sistematis. Komponen-komponen tersebut lebih dahulu diuji coba efektifitasnya sebelum disebarluaskan penggunaannya (Briggs, 1979 : XXI).
5.      Pengembangan sistem intruksional adalah suatu proses menentukan dan menciptakan situasi dan kondisi tertentu yang menyebabkan siswa dapat berinteraksi sedemikian rupa sehingga terjadi perubahan di dalam tingkah lakunya (Carrey 1977 : 6).
Desain Pembelajaran adalah disiplin yang berhubungan dengan pemahaman dan perbaikan satu aspek dalam pendidikan yaitu proses pembelajaran. Tujuan kegiatan membuat desain pembelajaran adalah menciptakan sarana yang optimal untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dikehendaki. Sehingga disiplin desain pembelajaran terutama berkenaan dengan perumusan metode-metode pembelajaran yang menghasilkan perubahan yang diinginkan dalam pengetahuan dan keterampilan siswa.
John Dewey (1900) menyatakan bahwa pendidikan memerlukan “linking science” antara teori belajar dan praksis pendidikan. Desain pembelajaran dianggap sebagai penghubung antara keduanya karena desain pembelajaran adalah pengetahuan yang merumuskan tindakan pembelajaran untuk mencapai outcome pembelajaran.
Aspek desain pembelajaran meliputi dua wilayah utama yaitu (1) psikologi, khususnya teori belajar, dan (2) media dan komunikasi. Tetapi media dan komunikasi seakan memberikan kontribusi prinsip dan strategi secara terpisah pada desain pembelajaran, tidak seperti teori belajar yang memberikan model terintegrasi. Desain pembelajaran lebih banyak didukung oleh teori belajar.

B. DEFINISI PENGEMBANGAN SISTEM INSTRUKSIONAL

Definisi pengembangan sistem instruksional adalah "Suatu proses menentukan dan menciptakan situasi dari kondisi tertentu yang menyebabkan siswa dapat berinteraksi sedemikian rupa sehingga terjadi perubahan di dalam tingkah lakunya" (Carey, 1977, p. 6).
 Pengembangan sistem instruksional lebih lanjut meliputi proses "monitoring" interaksi siswa dengan situasi dan pengalaman belajar, agar para penyusun disain instruksional dapat menilai efektifitas suatu disain. Pengembangan sistem instruksional senantiasa didasarkan atas pengalaman empiris, dan prinsip-prinsip yang telah teruji kebenarannya, dalam arti telah ditentukan berdasar prosedur yang sistematis, peng­amatan yang tepat, dan percobaan yang terkontrol.
Hal ini berbeda dengan metode atau cara mengajar yang diperoleh se­cara tradisional dan dikembangkan melalui pengalaman semata-mata, Apakah yang dikerjakan oleh para pengembang sistem dan disain in­struksional ? Kegiatan pokok bagi para pengembang sistem dan disain instruk­sional meliputi:
1)      Menentukan hasil belajar dalam arti prestasi siswa yang bisa diamati dan diukur (learning outcomes).
2)      Identifikasi karakteristik siswa yang akan belajar.
3)      Berdasar 1 dan 2 tersebut, memilih dan menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar bagi para siswa.
4)      Menentukan media untuk kegiatan tersebut.
5)      Menentukan situasi dan kondisi, dalam mana responsi siswa akan diamati dan dipandang sebagai salah satu contoh dari tingkah laku yang diharapkan.
6)      Menentukan kriteria, seberapa prestasi siswa telah dianggap cukup.
7)      Memilih metode yang tepat untuk menilai kemampuan siswa untuk mendemonstrasikan tingkah laku seperti tersebut pada angka 1.
8)      Menentukan metode untuk memonitor responsi siswa- sewaktu­ berada dalam proses pengajaran dan sewaktu dievaluasi.
9)      Mengadakan perbaikan yang diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar bila ternyata responsi siswa tidak sesuai dengan hasil yang telah ditentukan.

C. KONSEP  DESAIN INSTRUKSIONAL

Sebagaimana telah diketahui, bahwa kawasan teknologi pendidikan mencakup lima aspek seperti telah disebutkan dalam pendahuluan diatas yang mana kawasan desain itu sendiri terbagi lagi dalam empat kawasan desain menurut Seels & Richey ( 2000:33) yaitu a).desain sistem pembelajaran, b),desain pesan, c),strategi pembelajaran, serta d),karakteristik peserta didik.
Desain diartikan sebagai membuat sketsa atau pola (outline) atau rencana pendahuluan. Desain disini dimaksudkan sebagai proses menentukan kondisi belajar yang bertujuan menciptakan strategi dan produk (Seels & Richey, 2000: 32).
Desain sistem pembelajaran merupakan prosedur yang terorganisir dan sistematik dalam;
 a) penganalisaan (proses merumuskan apa yang akan dipelajari),
b)  perancangan  (proses penjabaran bagaimana cara mempelajarinya),
c) pengembangan (proses penulisan dan pembuatan bahan-bahan belajar),
d) pelaksanaan atau aplikasi (pemanfaatan bahan dan strategi), dan
e) penilaian (proses penentuan ketepatan pembelajaran) (Seels & Richey, 2000:32). 

Sedangkan Briggs (1979:20) menyatakan bahwa desain instruksional merupakan keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan teknik dan materi pengajarannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut termasuk pengembangan paket pengajaran, kegiatan mengajar, uji coba, revisi dan evaluasi.
Desain sistem instruksional ialah pendekatan secara sistematis dalam perencanaan dan pengembangan sarana serta alat untuk mencapai kebutuhan dan tujuan instruksional. Semua komponen sistem ini (tujuan, materi, media, alat, evaluasi) dalam hubungannya satu sama lain dipandang sebagai kesatuan yang teratur sistematis. Komponen-komponen tersebut terlebih dulu diuji coba efektifitasnya sebelum disebarluaskan penggunaannya (Briggs, 1979, p. XXI).
Dalam desain pembelajaran, proses dan produk sama pentingnya sebab kepercayaan akan produk berlandaskan akan proses. Pembelajaran yang berkualitas akan terwujudkan apabila proses pembelajaran direncanakan dan dirancang dengan matang secara seksama tahap demi tahap dan proses demi proses (Pannen, 2003).
Twelker, Urbach, dan Buck (1972) dalam Suparman (2004:36) menyatakan bahwa pengembangan instruksional adalah suatu cara sistematis dalam mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengevaluasi satu set bahan dan strategi pembelajaran agar tercapai suatu tujuan tertentu. Wujud pengembangan instruksional adalah produksi dan penggunaan media instruksional dan pengeloaan instruksional. Dengan kata lain pengembangan instruksional merupakan salah satu teknologi perangkat lunak (software technologi) yang canggih untuk membangun sistem instruksional yang berkwalitas tinggi (Suparman, 2004:31).
Perbedaan antara Pengembangan Sistem Instruksional  dengan Desain Pembelajaran
Perbedaan pokok antara “Desain/Perancangan dengan Pengembangan Sistem Instruksional ” terletak pada dua hal yakni cakupan dan hasil akhir yang dihasilkan. Ditinjau dari cakupannya Pengembangan Sistem Instruksional lebih luas dibanding desain pembelajaran. Atau dengan kata lain desain sistem pembelajaran merupakan bagian dari Pengembangan Sistem Instruksional. Perbedaan ini dinyatakan oleh AECT (1979;20), sebagai berikut :
Desain pembelajaran merupakan bagian dari proses pengembangan pembelajaran, yang analog dengan fungsi desain dalam kawasan model Teknologi Pendidikan, yaitu penciptaan spesifikasi sumber/komponen sistem Pembelajaran
Sedangkan perbedaan dari segi hasil akhir yang dihasilkan adalah bahwa desain sistem pembelajaran kegiatanya hanya berhenti sampai menghasilkan rancangan atau desain saja, sedangkan Pengembangan Sistem Instruksional  berakhir sampai menghasilkan prototipe yang telah teruji efektifitas dan efisiensinya dilapangan. Jadi berdasarkan kedua perbedaan diatas dapat disimpulkan secara umum Pengembangan Sistem Instruksional  lebih luas dari desain sistem pembelajaran. Jika kita bicara tentang Pengembangan Sistem Instruksional , kita bicara juga tentang desain pembelajaran, tapi tidak berlaku sebaliknya.

D. PRINSIP-PRINSIP INSTRUKSIONAL

            Menurut Suparman dalam “Desain Instruksional”, meningkatkan kualitas instruksional dengan menggunakan teknologi instruksional tidaklah sederhana, tetapi tidak terlalu kompleks untuk dipelajari atau pengelola program pendidikan, manakala cukup keinginan untuk meningkatkan keprofesionalannya.
Setiap teknologi dibangun atas dasar teori tertentu. Demikian pula dengan teknologi instruksional, dibangun atas dasar prinsip-prinsip yang ditarik dari teori psikologi terutama teori belajar dan hasil-hasil penelitian dalam kegiatan instruksional. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan instruksional dapat dikelompokan menjadi dua belas macam. Berikut ini diuraikan secara singkat setiap prinsip tersebut dan diikuti dengan implikasinya dalam kegiatan instruksional.
a.       Respon-respon baru di ulang sebagai akibat dari respon tersebut, baik itu yang menyenangkan atau tidak. Adapun implikasi prinsip pertama ini kepada kegiatan instruksional antara lain adalah:
1.      Perlunya pemberian umpan balik positif dengan segera atas keberhasilan atau respon yang benar dari siswa.
2.      Siswa harus aktif membuat respon, bukan duduk diam dan mendengarkan saja.   
b.      Perilaku tidak hanya dikontrol oleh akibat dari respon, tetapi juga di bawah pengaruh kondisi atau tanda-tanda yang tedapat dalam lingkungan siswa. Kondisi atau tanda-tanda  tersebut berbentuk tulisan, gambar, komunikasi verbal, keteladanan guru atau perilaku sesama siswa.
Impilkasi prinsip kedua ini adalah perlunya menyatakan tujuan instruksional secara jelas kepada siswa sebelum pelajaran di mulai agar siswa bersedia belajar lebih rajn.  Tujuan instruksional itu berisi pengetahuan, keterampilan, atau setiap perilaku yang akan dapat dilakukan siswa setelah menyelesaikan pelajaran.
c.       Prilaku yang ditimbulkan oleh tanda-tanda tertentu akan hilang atau berkurang frekuensinya bila tidak diperkuat dengan pemberian akibat yang menyenangkan.
Implikasinya adalah pemberian isi pelajaran yang berguna pada siswa di dunia luar ruangan kelas dan memberikan umpan balik berupa imbalan dan penghargaan terhadap keberhasilan siswa.
d.      Belajar yang berbentuk respon terhadap tanda-tanda yang terbatas akan ditransfer kepada situasi lain yang terbatas pula.
Implikasinya adalah pemberian kegiatan belajar kepada siswa yang melibatkan tanda-tanda atau kondisi yang mirip dengan kondisi dunia nyata, yaitu lingkungan hidup siswa di luar ruangan kelas.
e.       Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk belajar sesuatu yang kompleks seperti pemacahan masalah.
f.       Status mental siswa untuk menghadapi pelajaran akan mempengaruhi perhatian dan ketekunan siswa selama proses belajar.
Implikasinya adalah menarik perhatian siswa untuk mempelajari isi pelajaran.
g.      Kegiatan belajar yang dibagi menjadi langkah-langkah kecil dan disertai umpan balik untuk penyelesaian setiap langkah akan membantu sebagian besar siswa.
Implikasinya adalah: Penggunaan buku teks terprogram dan pengajar harus menganalisis pengalaman belajar siswa menjadi kegiatan-kegiatan kecil dan setiap kegiatan kecil tersebut disertai latihan dan umpan balik terhadap hasilnya.
h.      kebutuhan memecah materi belajar yang kompleks menjadi kegiatan-kegiatan kecil akan dapat dikurangi bila materi belajar yang kompleks itu dapat diwujudkan dalam suatu model.
Implikasinya adalah: penggunaan media dan metode instruksional yang dapat menggambarkan materi yang kompleks kepada siswa seperti: model, realia, film, program telivisi, program video, drama dan demonstrasi.
i.        Keterampilan tingkat tinggi, seperti keterampilan memecahkan masalah adalah perilaku kompleks yang terbentuk dari komposisi keterampilan dasar yang lebih sederhana.
Implikasinya adalah :
1.      tujuan instruksional umum harus dirumuskan dalam bentuk hasil belajar yang operasional agar dapat dianalisis menjadi tujuan-tujuan yang lebih khusus.
2.      Demonstrasi atau model yang digunakan harus didisain sejalan dengan hasil analisis  tersebut di atas agar dapat menggambarkan secara jelas komponen-komponen yang termasuk dalam prilaku yang kompleks tersebut.
j.        Belajar cenderung menjadi cepat dan efisien serta menyenangkan bila siswa diberi informasi bahwa ia menjadi lebih mampu dalam keterampilan memecahkan masalah.
Implikasinya adalah:
1.      urutan pelajaran harus di mulai dari yang sederhana dan secara bertahap menuju kepada yang lebih kompleks agar keberhasilan siswa dalam pelajaran yang lalu dapat mendorongnya lebih kuat untuk menguasai pelajaran yang akan datang.
2.      Kemajuan siswa dalam menyelesaikan pelajaran harus diinformasikan kepadanya agar keyakinan kepada kemampuan dirinya lebih besar untuk memecahkan masalah yang lebih kompleks pada waktu yang akan datang.
k.      Perkembangan dan kecepatan belajar siswa bervariasi, ada yang maju dengan cepat, ada yang lebih lambat.
Implikasinya adalah:
1.      Pentingnya penguasaan siswa dalam materi pelajaran prasyarat sebelum mempelajari materi pelajaran selanjutnya.
2.      Siswa mendapat kesempatan maju menurut kecepatan masing-masing.
l.        dengan persiapan, siswa dapat mengembangkan kemampuan mengorganisasikan kegiatan belajarnya sendiri dan menimbulkan umpan balik bagi dirinya untuk membuat respon yang benar.
Implikasinya adalah: pemberian kemungkinan bagi siswa untuk memilih waktu, cara dan sumber-sumber lain, disamping yang telah ditetapkan dalam sistem instruksional agar dapat membuat dirinya mencapai tujuan instruksional.

            Dalam waktu dua puluh tahun terakhir ini teknologi instruksional telah berkembang dengan pesat dengan mengambil empat cirri utama, yaitu :
  • a.       menerapkan pendekatan sistem
  • b.      menggunakan sumber belajar seluas mungkin
  • c.       bertujuan meningkatkan kualitas belajar manusia
  • d.      berorientasi kepada kegiatan instruksional individual.


E. PROSEDUR PENYUSUNAN DESAIN INSTRUKSIONAL

Secara umum ada lima langkah dasar dalam proses desain yakni:
1.    Mendefinisikan tujuan sistem (defining system goal), tidak hanya berdasarkan informasi pemakai, akan tetapi juga berupa telaah dari abstraksi dan karakteristik keseluruhan kebutuhan informasi sistem.
2.    Membangun sebuah model konseptual (develop a conceptual model), berupa gambaran sistem secara keseluruhan yang menggambarkan satuan fungsional sebagai unit sistem.
3.    Menerapkan kendala-kendala organisasi (applying organizational contraints). Menerapkan kendala-kendala sistem untuk memperoleh sistem yang paling optimal. Elemen organisasi merupakan kendala, sedangkan fungsi-fungsi yang harus dioptimalkan adalah: performance, reliability, cost, instalation schedule, maintenability, flexibility, grouwth potensial, life expectancy. Model untuk sistem optimal dapat digambarkan sebagai sebuah model yang mengandung: kebutuhan sistem dan sumber daya organisasi sebagai input; faktor bobot terdiri atas fungsi-fungsi optimal di atas; dan total nilai yang harus dioptimalkan dari faktor bobot tersebut.
4.    Mendefinisikan aktifitas pemrosesan data (defining data processing activities).
Pendefinisian ini dapat dilakukan dengan pendekatan input-proses-output. Untuk menentukan hal ini diperlukan proses iteratif sebagai berikut:
a.    Mengidentifikasn output terpenting untuk mendukung/mencapai tujuan sistem (system’s goal)
b.    Me-list field spesifik informasi yang diperlukan untuk menyediakan output tersebut
c.    Mengidentifikasi input data spesifikik yang diperlukan untuk membangun field informasi yang diperlukan.
d.    Mendeskripsikan operasi pemrosesan data yang diterapkan untuk mengolah input menjadi output yang diperlukan.
e.    Mengidentifikasi elemen input yang menjadi masukan dan bagian yang disimpan selama pemrosesan input menjadi output.
f.    Ulangi langkah a-e terus menerus samapi semua output yang dibutuhkan diperoleh.
g.    Bangun basis data yang akan mendukung efektifitas sistem untuk memenuhi kebutuhan sistem, cara pemrosesan data dan karakteristik data.
h.    Berdasarakan kendala-kendala pembangunan sistem, prioritas pendukung, estimasi cost pembangunan; kurangi input, output dan pemrosesan yang ekstrim
i.    Definisikan berbagai titik kontrol untuk mengatur aktifitas pemrosesan data yang menentukan kualitas umum pemrosesan data.
j.    Selesaikan format input dan output yang terbaik untuk desain sistem.
5.    Menyiapkan proposal sistem desain. Proposal ini diperlukan untuk manajemen apakah proses selanjutnya layak untuk dilanjutkan atau tidak. Hal-hal yang perlu disiapkan dalam penyusunan proposal ini adalah:
a)      Menyatakan ulang tentang alasan untuk mengawali kerja sistem termasuk tujuan/objektif khusus dan yang berhubungan dengan kebutuhan user dan desain sistem.
b)      Menyiapkan  model yang sederhana akan tetapi menyeluruh sistem yang akan diajukan.
c)      Menampilkan semua sumber daya yang tersedia untuk mengimplementasikan dan merawat sistem.
d)     Mengidentifikasi asumsi kritis dan masalah yang belum teratasi yang mungkin berpengaruh terhadap desain sistem akhir.
Dari langkah-langkah dasar penyusunan desain secara umum di atas, dapatlah diterapkan pada bidang pembelajaran (instruksional), prosedur yang ditempuh pengembang desain instruksional menurut Harjanto (1997:97) meliputi:
1. Menentukan hasil belajar atau prestasi siswa yang bisa diamati dan diukur (learning outcomes)
2. Identifikasi karakteristik system yang akan belajar
3. Berdasarkan langkah (1) dan (2), memilih dan menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar
4. Menentukan media
5. Menentukan situasi dan kondisi, bahwa respon siswa merupakan contoh perilaku yang diharapkan
6. Menetukan kriteria prestasi siswa
7. Menentukan metode yang tepat dalam menilai kemampuan siswa dalam mendemonstrasikan tingkah laku seperti  poin (1)
8. Menentukan metode dalam memantau respons siswa sewaktu proses pengajaran dan saat evaluasi.
9. Mengadakan revisi kegiatan belajar mengajar bila ternyata respon siswa tidak sesuai dengan hasil yang ditentukan.




DAFTAR PUSTAKA


Baker, Robert L & Richard R Schutz, 1971,”Instructional Product Development”, New York : Van Nostrand Reinhold Company.

Briggs, Leslie, Instruksional Design, New jersey: Ed. Techn. Publ., 1978

Briggs, Leslie, J. 1979,”Instruksional Design : Prinsiples and Aplication”, Educational Technology Publicatios : Englewood Cliffs, N.J.

Dick, Walter & Carey, Lou. 1937,”The Systematic design of Intrustion”, Boston : Library of Congress Cataloging-in-Publication Data

Ely, Donal P. 1978,,”Instruksional Design & Development”, New York : Syracuse University Publ.

Harjanto, 2008,”Perencanaan Pengajaran”, Jakarta : Rineka Cipta

Mukminan, 2004, “Desain Pembelajaran: Bahan Ajar untuk Mendukung Perkuliahan Desain Pembelajaran”, Yogyakarta, Program Pasca Sarjana UNY

Reigeluth, Charles M. 1983, “Instructional Design Theories and Models: An Overview of their Current Status”, London, Lawrence Erlbaum Associates Publishers

Seels, Barbara B. and Richey, Rita C. 1994. Instuctional Technology : The Definition and Domain of The Field. Washington DC : AECT

Seels,  Barbara B. & Richey, Rita C. 2000. Instruksional Technology, The Definition And Domains Of The Field. Terjemahan Dewi S Prawiradilaga, R. Raharjo, Yusufhadi Miarso. Jakarta IPTPI & LPTK.

Seel, Barbara B dan Richey, Rita C. 1994. Teknologi Pembelajaran: Definisi dan Kawasannya. Jakarta; Universitas Negeri Jakarta


Suparman, M. Atwi, & Aminuddin Zuhairi. 2004. Desain Instruksional. Jakarta: PAU - Universitas Terbuka.

0 komentar:

Posting Komentar