A. Identitas Publikasi
1.
JUDUL BUKU :
Decolonising The University: The Emerging Quest For Non –
Eurocentric
Paradigms
2.
PENULIS :
Claude Alvares dan Shad Saleem Faruqi
3.
PENERBIT :
Universitas Sains Malaysia dan Citiziens International
4.
Tahun Cetak :
2012
5.
Tebal Halaman :
450 Halaman
6.
ISBN :
978-983-861-541-9
7.
JUDUL ARTIKEL :
Bringing the Community Back In: A New University on
Afrikological Princeples and Practices, by B.
Mukasa Luutu
B. Ringkasan Isi
Pada
permulaan bagian artikel ini dijelaskan bahwa universitas Afrika ditantang untuk
mengembalikan Afrika dari kehancuran dikarenakan multi-dimensi krisis yang
tidak dibangun dengan etos dari independensi melainkan dimodelkan untuk meniru
Eropa dan modernisasi Barat. Hubert Vilakazi berpendapat bahwa pola pikir kolonial yang
berorientasi telah menghasilkan situasi yang aneh dimana pengetahuan tentang
prinsip dan pola tetap dari peradaban Afrika. Hubert mengamati bahwa para
intelektualnya ‘lari’ dari peranan mereka yang mengakibatkan marginalisasi dan
penghancuran sistem pengetahuan, budaya dan institusi. Hal ini
mengisyaratkan bahwa Afrika perlu melakukan pendekatan dekolonisasi dalam
menemukan cara baru untuk generasi-generasi dalam mencari pengetahuan dan
membentuk dekolonisasi perguruan tinggi yang berperan kepada masyarakat Afrika.
Fakta menyebutkan bahwa
universitas di Afrika mengalami kekurangan untuk mentransformasi terhadap
pasokan sumber daya. Salah satu tantangan di universitas Afrika adalah MPAU yang
berada di Uganda yang mengalami bahawa sebagian lulusannya tidak memiliki
keterampilan yang diperlukan untuk secara efektif untuk mengubah pengetahuan
yang mereka dapatkan di universitas menjadi bahan barang dan jasa yang dapat
membantu untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi mereka. Oleh karena itu, dewan
nasional Uganda (UNCST) menganggap bahwasanya kelemahan Uganda adalah pada
budaya penelitian dan kurang mengimplementasikan inovasi teknologi. Hal ini
dibuktikan dengan sangat rendahnya tingkat dari hasil publikasi penelitian yang
diakui pada jurnal international.
Inti prinsip
MPAI-MPAU didirikan adalah dengan mengikuti prinsip yang di ambil dari
pengalaman sejarah dan warisan Afrika, dimana telah dicapai melalui interaksi
sejarahnya:
1.
Prinsip MA’AT tentang keseimbangan dan keadilan
yang terikat
2.
Prinsip retorasi dan harmoni dalam masyarakat
3.
Prinsip bahwa komunitas adalah dinamis
4.
Prinsip kedaulatan, demokrasi dan partisipasi
penuh
5.
Prinsip kemandirian dan saling ketergantungan
6.
Prinsip timbal balik dan solidaritas
7.
Prinsip kejujuran dan kejujuran
8.
Prinsip transparansi dan akutanbilitas budaya
Adapun tujuan dari MPAU,
diantaranya adalah :
1.
Melakukan penelitian di area pengetahuan Afrika
dan kebijaksanaan serta profil pendidikan yang masuk pada agenda penelitian
global
2.
Melakukan penelitian yang bisa mengembalikan dan
dokumen pendidikan perempuan Afrika dari persfektif afrikological
3.
Mendorong dan memfasilitasi penggunaan dan
pengembangan terminologis dari bahasa Afrika sebagai media instruksi dan wacana
intelektual di semua tingkat
4.
Mengidentifikasi dan memperkuat situs komunitas
dari pengetahuan sebagai salah satu pilar dari universitas
5.
Merekrut peneliti untuk melakukan penelitian
pada basis baru epistemologis di situs komunitas dari pendidikan dan
menghubungkan mereka dengan institusi pendidikan lainnya sehingga mereka
menemukan penelitian yang bisa meninjau dan pengakuan terbuka
6.
Meng-link-kan beberapa aktivitas penelitian pada
perkembangan staff universitas dan program latihan
7.
Memastikan bahwa penelitian dibagi dari
masyarakat dari mana pengetahuan itu berasal termasuk mendokumentasikan ke
dalam bahasa mereka masing-masing.
8.
Memanfaatkan hasil penelitian untuk
mengembangkan kurikulum dan menciptakan epistemologi pada pengetahuan dan
kebijaksanaan
9.
Mendokumentasikan semua materi baik di situs komunitas
maupun di institut, sehingga perpustakaan dibangun yang bisa digunakan baik
untuk tingkat masyarakat dan di institut
10. Mengembangkan,
berkerjasama dengan lembaga lain, Teknologi komputer yang menghubungkan
masyarakat pedesaan ke perguruan tinggi, sekolah menengah, sekolah dasar, rumah
sakit, pusat kesehatan.
Hanya kapasitas
manusia untuk menciptakan makna dan pengetahuan baru melalui bahasa mereka.
Oleh karena itu, sistem pengetahuan di seluruh dunia bersifat permanen karena
mereka menciptakan dan membuktikan sendiri.
Sedangkan prinsip Ma'at adalah prinsip primordial yang
mengatur semua nilai. Prinsip ini mengekspresikan alam semesta sebagai tatanan
kosmik dan sebagai bagian dari kebenaran dan keadilan yang melindungi negara
dari kekacauan, kelaparan, dan dari kesengsaraan. Ma'at mensyaratkan bahwa manusia
yang hidup dalam masyarakat harus sesuai dengan keadilan dan kebenaran, maka
Ma'at adalah kebajikan tertinggi yang memandu semua aktivitas manusia. Ma'at
adalah prinsip keterkaitan melalui keadilan dan merupakan prinsip restoratif
yang bertujuan pada kebutuhan keseimbangan antara alam dan masyarakat dan
antara individu dalam masyarakat itu.
Peran dari
pengetahuan adalah ketika dapat diterapkan pada perguruan tinggi dalam masyarakat,
pelacakan dari Afrikology memungkinkan kita untuk menyambung
kembali ke asal bagaimana realitas yang dikandung dan
bagaimana ia telah terus dibuat
sampai sekarang melalui manusia
agen dan language
Dalam
Afrikology, setiap manusia memiliki hak untuk berbicara dan untuk orang
lain untuk mendengarkan dan ini adalah
kondisi spiritual. Adapun tugas Afrikology sebagai epistemologi adalah untuk memulihkan
pendekatan kuno ke pengetahuan generasi luar yang ada dan link ke sumber-sumber asli pada Afrika kuno.
Jika kita
membuat kemajuan dalam memajukan
beasiswa dalam kondisi decolonising universitas dan pengetahuan. Ulama Afrika harus
bersama-sama dengan masyarakat menciptakan baru dunia dengan mampu mengenali dunia kosmologis yang ada.
C. Analisis Artikel
Dalam chapter ini, dapat dijelaskan kenapa Afrika mengalami kemunduran,
bukan hanya dari sisi pendidikan akan tetapi juga pada masyarakatnya.
Permasalahannya terletak pada ulama ataupun intelektual yang menghindar diri
dari permasalahan yang terjadi di Afrika.
Upaya awal yang dilakukan
univeristas untuk meningkatkannya adalah partisipasi dan proaktif yang menghubungkan
antara universitas dan masyarakat sehingga keduanya bisa mengatasi masalah yang
terjadi di Afrika. Oleh karena itu, cara pertama yang dilakukan adalah dengan
membangun budaya dan spritual yang menyoroti mengenai kehidupan spritual
Afrika. Carruthers mengatakan bahwa kita harus menciptakan pondasi rohani karena selama
kita menyembah ideologies asing dan utopia yang menyebabkan kita
keterasingan dari dunia Afrika.
Keterpurukan yang terjadi di Afrika dapat menjadi pelajaran
kepada negara Indonesia, khususnya para intelektual, bahwa kita harus
menguatkan kemampuan potensi kita bukan saja terhadap pengetahuan akan tetapi
pada pondasi keimanan atau spiritual kita. Pendidikan yang tepat guna dengan
kebutuhan di Indonesia juga menjadi tolak ukur keberhasilan ekonomi bangsa.
Kekuatan bangsa adalah terletak kalangan inteligensia dan masyarakat yang
bergabung dalam menuntaskan permasalahan yang terjadi di negara.
0 komentar:
Posting Komentar